Senin, 07 Desember 2020

DOKTRIN ALLAH TRITUNGGAL

 

DOKTRIN ALLAH TRITUNGGAL

Oleh : Pdt. Dr. Etiknius Harefa, MTh, MPd.K

 

A.    Pendahuluan

Doktrin Allah Tritunggal artinya pengajaran tentang Allah meliputi kepribadian dan karyaNya menurut Alkitab, sebagai satu-satunya kesaksian tentang “penyataan” Allah kepada manusia dan diimani oleh setiap orang Kristen sebagai suatu yang benar dan telah teruji sepanjang sejarah. Ajaran atau doktrin ini berdasarkan Alkitab dan dijelaskan berdasarkan Alkitab dengan tujuan yang khusus untuk meyakinkan dan meneguhkan setiap orang percaya bahwa Allah yang diimani itu adalah Allah yang hidup, dinamis, berkuasa sepanjang kehidupan, Ia adalah yang awal dan yang akhir, dari padaNyalah seluruh kehidupan ini berasal dan kepadaNya jualah seluruhnya akan kembali.

Ada beberapa pertanyaan yang sering muncul dan menyusahkan setiap orang kristen antara lain : Apakah doktrin Tritunggal dapat dipercayai? Sementara orang kristen meyakini bahwa Allah Mahaesa. Alkitab sendiri menyatakan Dengarlah, hai orang Israel Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa” (Ul. 6:4) dan masih banyak ayat lain yang dapat digunakan untuk menentang doktrin Tritunggal ini.  Apakah Allah orang Kristen itu tiga? Tolong yakinkan saya bahwa Allah Tritunggal yang kalian yakini itu hanya satu adanya. Mengapa Yesus disebut Anak Allah, dan mengapa Allah Sang Khalik itu disebut Bapa? Bagaimana hubungan ketiganya dan bagaimana bisa yang satu menjadi tiga, dan kemudian yang tiga menjadi satu

Di kalangan Gereja Protestan sebenarnya pengajaran tentang Allah Tritunggal ini seharusnya sudah tuntas di laksanakan pada sekolah sidi (marguru malua)   dan dalam konteks Gereja-Gereja kharismatik dan Pentakosta juga sudah tuntas diajarkan pada kelas-kelas pemuridan sebelum melaksanakan baptisan. Tetapi sering kali hal itu tidak begitu mendalam pada satu sisi dan pada sisi yang lain kurang begitu diperhatikan oleh pesertanya, baru setelah muncul tantangan di hari yang akan datang, misalnya jika muncul pertanyaan seperti di atas, maka barulah terasa penting sekali pengajaran tersebut.

Uraian berikut ini hendak menjelaskan bahwa doktrin Tritunggal, bukanlah suatu buatan atau karangan Gereja atau para teolog,  tetapi adalah ajaran Alkitab,  bahkan merupakan ajaran Tuhan Yesus itu sendiri, dengan tujuan supaya setiap orang percaya memasuki suatu dimensi iman yang semakin dewasa dan bukan sebaliknya, dan supaya setiap orang percaya semakin teguh berpegang pada imannya dan tidak akan mudah digoyahkan oleh hikmat dunia ini dan kefasikan orang yang tidak mengenal Kristus. Dan setiap orang percaya akan menikmati suatu hubungan yang hidup dan berkuasa dengan Allah Tritunggal yang diimani selama hidup di dunia ini.

 

B.    Pembahasan

1.    Ajaran atau doktrin Allah Tritunggal adalah bagi orang percaya dan untuk mendewasakan iman orang percaya. Artinya seorang Kristen sudah lebih dahulu mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, barulah ia membutuhkan pengajaran tentang Tritunggal tersebut. Kalau ada saudara kita dari keyakinan yang di luar iman pada Yesus Kristus hendak mempertanyakan hakekat Tritunggal seperti pertanyaan-pertanyaan di atas, maka bagaimana sekalipun Anda menjelaskannya, tetap tidak berhasil karena faktor penerimaan Yesus dan iman kepadaNya, dan penerimaan pada Alkitab sebagai Firman Allah, itulah yang menjadi titik tolak pemahaman akan doktrin Tritunggal ini

2.    Ajaran atau doktrin Allah Tritunggal dibangun dari nats Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian  Baru : Kejadian 1:26, Ulangan 6:4, Yakobus 2:19, Matius 28:19, I Yohanes 5:7-8, I Korintus 8 ayat 4 dan 6 dan 2 Korintus 13:13 dst

a.    Dalam Kejadian 1:26, Ulangan 6:4, serta Yakobus 2:19 dan I Korintus 8:4 kita menemukan gagasan tentang keesaan Allah dan di dalam keesaan yang demikian terkandung suatu rahasia yang sangat besar, terkandung suatu kemuliaan yang tidak dapat diselami oleh pikiran dan akal budi manusia. Keesaan yang demikian begitu agung mulia dan besar, pikiran manusia yang terbatas tidak mampu menalarnya, kecuali dengan pertolongan Roh Kudus.  Sering sekali rasul Paulus menggunakan penegasan tentang Allah yang Esa ini dalam kaitannya dengan penjelasannya tentang adanya “allah” yang lain dan adanya “tuhan” yang lain di dunia ini (1 Kor.8:5) namun bagi orang percaya hanya ada satu Allah (1 Kor. 8:6)

b.    Dalam Matius 28:19, Tuhan Yesus sendiri yang menggunakan perkataan : Bapa, Anak dan Roh Kudus pada waktu Ia memberikan perintah mengabarkan injil yang biasa disebut dengan Amanat Agung.  Pada ayat ini nampak tiga pribadi yaitu Bapa, Anak dan Roh, namun ketiga pribadi tersebut tidak terpisah dan saling berlawanan melainkan menyatu dalam suatu peristiwa yang disebut “baptisan” dan dalam hal menjadikan semua orang menjadi murid Kristus. Lebih lanjut dikemukakan suatu rumusan berkat dan salam yang diungkapkan oleh rasul Paulus dalam 2 Korintus 13:13 dengan menyebut Tuhan Yesus Kristus, Allah dan Roh Kudus dimana ketiga hal ini bukan pribadi yang berdiri sendiri dan terpisah satu dengan yang lain, tetapi satu dalam persekutuan.

c.    Selanjutnya dalam 1 Yohanes 5:7-8 dikemukakan bahwa ada tiga yang memberi kesaksian dalam sorga yaitu Bapa, Firman dan Roh Kudus dan ketiganya adalah satu. Perkataan Firman dalam ayat ini menunjuk pada Yesus Kristus. Petunjuk mengenai keesaan pribadi ini jelas dikemukakan bahwa ketiganya adalah satu adanya dan dalam 1 Korintus 8:6 dijelaskan oleh Paulus bahwa bagi kita hanya ada satu Allah yaitu Bapa sebagai sumber dari segala sesuatu yang ada di bumi dan yang menyebabkan hidup itu bisa kita miliki, selanjutnya hanya ada satu Tuhan yaitu Yesus Kristus.  Yang menarik di sini yaitu pernyataan yang menegaskan hanya ada satu Allah yaitu “Bapa” dan hanya ada satu Tuhan yaitu “Yesus Kristus”. Pernyataan-pernyataan ini menunjuk pada keesaan Allah yang tidak terpisahkan.

3.    Pintu masuk memahami doktrin Tritunggal Yohanes 1:18, Yohanes 17:3, Yohanes 1:12. Ketiga ayat ini menyatakan pentingnya mengenal Yesus.  Yohanes 1:18 menegaskan bahwa Tuhan Yesuslah satu-satunya penyataan Allah yang sempurna, dan oleh Dia manusia dapat mengenal Allah, karena panggilanNya bagi manusia adalah untuk menyatakan Allah itu kepada mereka dengan sejelas-jelasnya.  Dalam ucapanNya kepada Filipus ditegaskan demikian “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh. 14:9) selanjutnya dikatakan lagi “Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku” (Yoh. 14:10-11) “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh.10:30) Karena Yesus adalah satu adanya dengan Allah, maka sangat penting memahami misteri tersebut dari satu langkah yang benar yaitu mengenal Yesus terlebih dahulu.   Jadi apabila ada saudara-saudara kita dari keyakinan lain rindu mengerti rahasia Tritunggal, maka sebaiknya kita mengajak mereka untuk masuk melalui pintu yang benar ini yaitu pengenalan akan Yesus dan beriman kepadaNya, seperti dikemukakan dalam Yohanes 14:6 bahwa Yesuslah jalan dan kehidupan dan kebenaran. Tanpa pengenalan akan Yesus, maka penjelasan akan Doktrin Tritunggal akan gagal dan penjelasan yang bagaimanapun seseorang mengusahakan agar menjadi akurat, hanyalah menjadi kontribusi akal pikiran semata dan tidak pernah membawa seseorang untuk matang dalam beriman kepada Allah.

4.    Bangsa Israel tidak pernah mempersoalkan ajaran Tritunggal dalam Alkitab mereka yaitu Perjanjian Lama. Walaupun Yesus Kristus belum dinyatakan secara langsung dalam PL tetapi Nats PB dalam Yohanes 1:1-2 justru menjelaskan bahwa Yesus yang adalah FIRMAN  sudah ada sejak semula.  Dalam PL juga kita mengenal sebutan tentang Roh Tuhan, sehingga ketiga pribadi tersebut sudah diperkenalkan dalam Perjanjian Lama. Tetapi iman Israel tidak pernah mempersoalkan apakah ada Allah Tritunggal atau tidak, dan apakah ajaran itu benar atau salah? Dapat diterima tau tidak?  Karena mereka tidak pernah mengkaji keAllahan secara empirik dan rasional. Bagi mereka Iman lebih besar dari akal atau rasio. Akal atau rasio itu hanya sebagian dari Iman.

 

 

DOKTRIN ALLAH TRITUNGGAL

PENGAKUAN TERHADAP KETIGA PRIBADI YANG HIDUP

 

 

 

Pengakuan iman rasuli memformulasikan iman Gereja yang sudah disepakati dan diyakini sebagai berikut:

Aku percaya kepada Allah Bapa Yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi.

Aku percaya kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal Tuhan kita, yang dikandung dari pada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria, yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut. Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik ke surga duduk di sebelah kanan Allah Bapa Yang Mahakuasa, dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.

Aku percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang kudus dan Am, persekuatuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan daging dan hidup yang kekal.

 

Berdasarkan formula pengakuan iman rasuli, kita menemukan bahwa Gereja sudah sejak semula mengaku karena memahami bahwa berdasarkan pernyataan Alkitab, Allah Tritunggal diperkenalkan sebagai berikut :

1.    Percaya kepada Allah Bapa.  Percaya artinya “mengetahui, menyerahkan diri, mengakui, dan mengikuti”.  Keempat sikap dan pengalaman ini harusnya dimiliki oleh setiap orang Kristen, maka dia disebut sebagai “orang percaya”.  Kata “Allah” berasal dari bahasa Semitik dan bahasa ini merupakan rumpun dari bahasa Arab, bahasa Amhar, dan bahasa Ibrani, sehingga penggunaan istilah Allah untuk Sang Pencipta sudah lama dikenal oleh orang-orang kafir di Mekah sebelum Muhammad lahir, juga sudah dipakai oleh orang-orang Kristen Arab sebelum zaman Islam.  Kata “Elohim” yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi “Allah”.  Tetapi substansinya bukan pada istilah “Allah” dan istilah “allah” atau “God” atau “dewa” atau “Teos”.  Justru terletak pada percaya atau tidak percaya.   Selanjutnya Alkitab menjelaskan bahwa Allah itu dikenal sebagai “Bapa”.  Justru istilah ini yang menarik untuk direnungkan.  Perjanjian Lama memperkenalkan bahwa Allah adalah Bapa bagi anak yatim dan janda (Maz.68:6) bangsa Israel memanggil Dia dalam doa mereka sebagai Bapa (Yes. 63:16, Yer. 3:4) demikian juga dalam pengakuan mereka (Mal. 2:10).   Kata Bapa dalam konotasi bahasa Ibrani artinya “dari padaNyalah segala sesuatu, Ia adalah sumber segala yang ada”.  Jadi Allah disebut “Bapa” bukan karena ia memperanakkan manusia dalam suatu hubungan biologis dengan seorang perempuan, melainkan dalam arti yang pertama itu yaitu “Ia adalah sumber dari segala yang ada”.  Tuhan Yesus mengajarkan bahwa Allah adalah “Bapa” dalam arti yang demikian juga, ketika Ia mengajarkan murid-muridNya tentang doa, Dia memperkenalkan kepada mereka bahwa Allah itu adalah “Bapa” hal itu kontras sekali dalam Matius pasal 5 sd pasal 7 lebih khusus pada beberapa ayat sbb. Matius 5: 16, 45-46 ; 6: 4, 6, 9, 14, 18 ; 7:11 dan Lukas 11:13.  Bila ditelaah lebih mendalam maka nampak bahwa makna dari penggunaan kata Bapa oleh Yesus mengandung arti bahwa Allah adalah sumber dari segala yang ada, dan Ia mengasihi semua orang tanpa kecuali dan tidak bermaksud membedakan  siapapun dalam mengasihi, Ia menerbitkan matahari bagi orang-orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang benar dan orang yang tidak benar (Mat.5:45) Rasul Paulus mengatakan bahwa Ia adalah Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua (Ef. 4:6)

2.    Percaya kepada Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal Tuhan kita.  Pada point di atas sudah dijelaskan apakah yang dimaksud dengan percaya, dan yang menjadi pertanyaan besar yang harus dijawab pada berikut ini adalah “Apakah maksudnya Yesus disebut Anak Allah”? Apakah artinya Yesus sebagai Anak tunggal Allah? Dan apakah yang dimaksud dengan “Tuhan kita”?  Banyak nats Kitab Injil menyaksikan ucapan Yesus sendiri yang menyebutkan bahwa Sang Pencipta adalah BapaNya (Mat. 7:21, 10:32, Mark, 14:36, Luk.2:49, Yoh. 14:2) dan masih banyak yang lain.  Beberapa dari nats itu dengan tegas menyatakan bahwa “Bapa yang mengutus Aku....” (Yoh. 5:37 ; 12:49) hal ini menegasklan bahw Yesus berasal dari Bapa, kemudian suatu pernyataan lain lagi oleh Yesus menyebutkan bahwa Ia dan Bapa adalah satu (Yoh. 10:30) Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa (Yoh. 10:38).  Misteri kesatuan Yesus dengan Allah Bapa, juga bahwa Ia berasal dari Bapa sukar dimengerti hanya dengan menggunakan potensi logika, karena sebagaimana dikemukakan dalam Roma 3:23 bahwa manusia telah jatuh dalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.  Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan dalam Yohanes 10:38  percayalah supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa”.  Seluruh nats yang telah dikemukakan di atas menunjukkan bahwa Yesus disebut sebagai Anak Allah, termasuk ketika murid-muridNya mengaku bahwa Ia adalah Mesias,  Anak Allah yang hidup (Mat.16:16) Memang Yohanes 1:14 dan ayat 18 menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Tunggal Bapa. Pernyataan ini sebenarnya adalah hendak membuka tabir/rahasia inkarnasi yang hanya dapat dimengerti dengan iman bahwa Allah menjadi manusia dalam Yesus Kristus untuk menebus orang berdosa.  Jadi jika dalam Alkitab disaksikan bahwa Yesus disebut “Anak Allah” dan Yesus juga menyebutkan bahwa Allah adalah “BapaNya” hal itu semata-mata merupakan pengungkapan fakta inkarnatoris supaya kita semakin teguh percaya bahwa penyelamatan yang dikerjakan oleh Allah bagi kita adalah sesuatu yang sungguh-sungguh, dan bukan sambil lalu, tetapi dengan segenap hatiNya Allah berkenan mengasihi kita sejak semula dan sampai kapanpun.  Aspek fungsional yang lain dari pengakuan Yesus sebagai Anak dan Allah sebagai BapaNya adalah memberi dampak besar dalam hidup kita yaitu supaya keasadaran menjadi anak Allah dalam diri kita semakin mendalam sesuai dengan Yohanes 1:12 dan membawa kita lebih dekat kepada Allah sebagai Bapa bagi kita, lewat suatu contoh yang konkrit Dia telah memberikan selama Dia hidup di dunia.  Yesus adalah Tuhan (Kurios)  yang artinya adalah Penguasa dan Pemilik.  Yesus sendiri menggunakan perkataan ini dalam Yohanes 13:13 : “kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan”.   Pengakuan iman rasuli memformulasikan hal ini karena pernyataan Tuhan Yesus sendiri dan juga Filipi 2:11 mengungkapkan bahwa segala lidah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa.

3.    Percaya kepada Roh Kudus.  Perkataan ini terdapat di seluruh Alkitab dengan pengungkapan yang berbeda-beda, namun maknanya tetap sama misalnya Roh Allah terdapat 23 kali dipakai dalam PL dan PB  (Kej. 1:2, Kel 31:3, Rom 8:9, dll) demikian juga kata Roh Kebenaran  digunakan sebanyak 4 kali dalam Yohanes dan suratnya, kata Roh Kristus  dalam  Roma 8:9 dan 1 Petrus 1:11 dan Roh Yesus dalam Kisah Rasul 16:7 dan Filipi 1:19, kemudian ada lagi perkataan Roh Tuhan  dalam PL dan PB dipakai sebanyak 14 kali (Hak. 13:25, 1 Sam. 16:13, Yes. 61:1, Luk. 4:18, dll) dan perkataan Roh Kudus itu sendiri dipakai sebanyak 87 kali mulai dari Yesaya hingga kitab Wahyu.  Tuhan Yesus sendiri mengajarkan bahwa Roh Kebenaran itu (parakletos)  datang dari Bapa,  keluar dari Bapa (Yoh. 15:26) maka Ia akan memimpin orang percaya dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13) dan Roh Kudus itu diutus dari sorga (1 Pet. 1:12) Dari seluruh kesaksian Alkitab tentang istilah Roh Allah, Roh Kebenaran, Roh Yesus, Roh Kristus, Roh Tuhan dan Roh Kudus, nampak sebagai suatu pribadi yang datang dari Allah yang mengambil alih fungsi pemeliharaan dan penyertaan setiap orang percaya sejak awal dan sekarang ini hingga akhir.  Dalam Yohane 4 :24 ditegaskan oleh Yesus bahwa “Allah itu adalah Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran”.  Roh Kudus bukanlah angin walaupun sering digunakan kata berhembus, tetapi ia tidak sama dengan angin.  Roh Kudus juga bukan hanya sebagai suatu tenaga atau daya yang dirasakan, tetapi lebih dari pada itu, Ia adalah pribadi yang sejak awal ada dan menyertai orang percaya.  Kehadiran Roh Kudus disadari oleh setiap orang, dan tidak terlepas dari penghayatan akan Firman Tuhan.  Pemahaman akan Roh Kudus tidak dapat dipisahkan dari ajaran Yesus sendiri.  Firman Allah yang selalu tersedia dalam hati, pikiran dan jiwa kita, menjadi sarana bagi Roh Kudus untuk berkarya dalam hidup kita.  Tanpa Firman Allah, penghayatan akan Roh Kudus akan tenggelam dalam pengalaman pribadi yang subyektif, termasuk mimpi-mimpi yang tidak dapat dimengerti.  Percaya kepada Roh Kudus tidak dapat dipisahkan dengan percaya kepada Bapa, dan Yesus Kristus.  Hal ini harus berdiri di atas penerimaan bahwa Firman Allah itu benar, ya dan amin. Untuk membangun Gereja/persekutuan maka Roh Kudus memiliki karunia-karunia yang hendak diberikan kepada setiap orang, supaya setiap orang dapat menjadi alat bagiNya untuk membangun jemaat sebagaimana kita temukan dalam 1 Korintus pasal 12 dan pasal 14.  Tetapi untuk membangun diri sendiri sebagai orang percaya, Roh Kudus memiliki buah yang akan tumbuh dalam suatu proses sebagaimana tertulis dalam Galatia 5:22 yaitu : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.  Kesembilan buah Roh ini menjadi milik kita secara pribadi dan kita dapat menikmatinya sepanjang hidup kita di dunia.  Inilah makna datri kehadiran Roh Kudus yang kita imani dan diakui sepanjang hidup.

 

C.    Kesimpulan

Dari seluruh pembahasan tentang Doktrin Tritungga yang telah diutarakan maka berikut ini dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1.    Doktrin ini adalah suatu pengajaran yang ditujukan khusus kepada semua orang percaya tentang misteri ke Allahan yang telah diungkapkan oleh Alkitab, dengan tujuan mendewasakan iman percaya setiap orang Kristen dalam hidup mengasihi Allah dan bertanggung jawab kepadaNya.  Doktrin ini tidak dimaksudkan sebagai materi penjelasan kepada semua saudara kita dari agama lain.

2.    Doktrin Tritunggal tidak dapat difahami dari prespektif iman lain yang bukan iman Kristen.  Pintu masuk untuk pengertian dan penerimaan akan doktrin ini adalah menerima dan percaya akan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.  Itulah sebabnya doktrin Tritunggal bukan materi diskusi yang baik dengan saudara dari agama lain. Diskusi ini hanya dapat dinikmati bersama dalam kutub kesatuan iman, kesatuan pengharapan dan kesatuan Roh.

3.    Doktrin Tritunggal atau Trinitas berdasarkan Alkitab hendak mengungkapkan kebesaran dan kekayaan Allah sebagai pribadi yang Mahabesar dan penyataanNya melintasi medan sejarah.  Ia disebut Bapa karena dari padaNyalah segala sesuatu berasal.  Ia disebut Anak karena Ia harus menyelamatkan manusia dari dosa-dosa mereka, dan menjadi pribadi yang harus memperlihatkan ketaatan dan kesetiasan bagi kita sebagai orang-orang yang sudah ditebus.  Ia disebut sebagai Roh Kudus karena ia harus menyertai setiap orang percaya sampai selama-lamanya.  Untuk mendekatkan pengertian akan kekayaan Allah ini maka dibutuhkan analogi-analogi yang walaupun diakui bahwa analogi hanya jembatan dan tidak mewakili hakekat pengertian yang sebenarnya.   Dengan analogi maka semua orang dapat ditolong untuk mendekat pada pengertian, tetapi pada akhirnya setiap orang membutuhkan pertolongan Roh Kudus untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi.

4.    Hubungan di antara pribadi Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus tidak dapat disamakan sebagai relasi antar manusia karena ketiga itu bukan oknum, tetapi pribadi yang menampakkan kekuatan dan kuasa yang ajaib dan luar biasa.  Karena Dia tidak sama dengan manusia maka ia adalah Tuhan.  Tritunggal itu Mahahadir (omnipresen) Ia tidak terpisah-pisah satu dengan yang lain.  Kenyataan ini yang membuat Dia begitu Agung dan Mulia sehingga Ia menjadi Tuhan atas hidup kita.

5.    Doktrin Tritunggal bukan buatan para teolog dan tidak diciptakan oleh suatu organisasi, tetapi datangnya dari “Penyataan” (Wahyu) Allah itu sendiri, dan kebenarannya dituturkan sepanjang kesaksian Alkitab sebagai Firman Allah yang hidup dan berkuasa.  Kebenaran itulah yang kita terima secara iman melebihi kemampuan empirik-rasional.  Sebagai orang beriman kita telah menundukkan akal budi kita yang telah diubah sesuai dengan Roma pasal 12:2, dan kkita telah menjadi manusia baru dalam Kristus (2 Kor. 5:17).  Pengetahun akan Allah Tritunggal ini merupakan pengertian supra kodrati, pengertian supra empiris, dan itulah iman yang mengatasi segala logika dan hikmat dunia.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar