Senin, 07 Desember 2020

Refleksi Teologis Kitab Ester 4:16

 

 

KALAU TERPAKSA AKU MATI

BIARLAH AKU MATI

 

Refleksi Teologis atas Kitab Ester pasal 4:16

 

 

 

ABSTRAK

 

Hari Raya Purim merupakan salah satu dari hari Raya keagamaan Israel yang memiliki latar belakang sejarah penting pada bangsa itu. Perayaannya dilakukan tia-tiap tahun yaitu hari keempat belas dan kelimabelas bulan Adar atau pada bulan Pebruari-Maret, seperti disaksikan dalam Ester pasal 9:20-32 bahwa tekanan historis-teologis dari perayaan ini terletak pada hidup mensyukuri terbebasnya Israel dari musuh-musuhnya, dukacita berubah menjadi sukacita, hari perkabungan menjadi hari gembira, menjadi hari-hari perjamuan dan sukacita, saling mengantar makanan, hari bersedekah kepada orang-orang miskin (Est. 9:22) Pengenalan kita akan Israel purba dan konteks historis teologisnya turut diperkaya dengan informasi akan ibadah Purim yang menyejarah itu. Komitmen Ester untuk berjuang dengan sepenuh hati untuk keselamatan bangsanya merupakan sesuatu yang memberikan perbandingan terhadap komitmen teologis pada bangsa kita juga.

 

Kata kunci = Purim -  historis, Ibadah - komitmen

 

 

 

 

SENTIMEN ANTARA PEGAWAI TINGGI DENGAN

PEGAWAI RENDAH

 

Kitab Ester memberikan kesaksian tentang kehidupan bangsa Yahudi pada masa pemerinatahan Ahasyweros raja Persia yang memerintah pada tahun 485 – 465 Sebelum Masehi. Kekuasaan Ahasyweros sangat luas meliputi seratus dua puluh tujuh daerah mulai dari India sampai ke Etiopia (Est.1:1) Ester adalah seorang perempuan cantik terbukti juga dari namanya dalam bahasa Persia yaitu stara yang artinya bintang[1].  Dalam bahasa Ibrani nama itu disebut Hadasa (Est.2:7) yang artinya pohon murad[2].

Haman anak Hamedata seorang petinggi kerajaan Persia (3:2-3) yang berhasil mengambil hati raja Ahsyweros sehingga diangkat menjadi Perdana Menteri, dan ternyata menyimpan dendam terhadap Mordekhai karena Mordekhai sebagai seorang Yahudi tidak bersedia berlutut dan sujud menghormati Haman karena ia seorang Yahudi. Pada mulanya masalah ini hanya merupakan sentimen pribadi antara seorang pegawai tinggi dengan pegawai rendahan, tetapi justru semakin meluas menjadi sentimen terhadap etnis Yahudi. Demi untuk membalas dendamnya kepada Mordekhai, maka Haman sangat berambisi untuk melenyapkan semua orang Yahudi yang bermukim di seluruh wilayah pemerintahan Ahasyweros (3:5) karena menurutnya terlalu hina atau terlalu kecil baginya hanya membunuh seorang Mordekhai karena itu ia mempengaruhi mekanisme pengambilan keputusan pada tingkat yang tertinggi yaitu raja dan berhasil hingga keluar surat penetapan raja yang berisikan pemusnahan komunitas Yahudi tersebut (3:8-15).

Secara manusiawi setiap orang punya keinginan agar dekat dengan pusat kekuasaan seperti halnya Mordekhai yang berada dekat, dan semakin dekat dengan raja Ahasyweros.  Pada lazimnya masalah menjadi timbul ketika seseorang menggunakan cara-cara yang tidak terpuji untuk mendapatkan status dan hubungan kedekatan dengan pemimpin seperti yang biasa dikenal masyarakat kita dengan istilah “mengambil muka”, “angkat telur” dll. Apakah demikian halnya dengan Mordekhai? Hal ini perlu jelas mengingat  Mordekhai adalah orang yang paling penting memberi andil berharga dalam proses suksesnya Ester menjadi ratu.

Profesi Mordekhai sebagai pegawai rendah di lingkungan istana raja Ahasyweros adalah salah seorang penjaga pintu gerbang (2:21) pada keadaan sekarang, jabatan itu dapat disamakan dengan petugas Satpam.  Dia adalah seorang Yahudi yang ikut menjadi tawanan perang yang dibuang ke Babel oleh raja Nebukadnezar (2:6) Mordekhai dekat dengan pusat informasi kerajaan Persia, ia tahu kegalauan raja Ahasyweros yang telah menceraikan ratu Wasti karena tidak menghormatinya (1:12-22) Mordekhai  juga tahu bahwa pihak istana akan menyelenggarakan kontes ratu kecantikan yang bertujuan mencari pengganti ratu Wasti (2:2-4) dan sebagai orangtua angkat Ester yang mengasuhnya sejak kecil, Mordekhai rindu mengikut sertakan Ester pada kontes kecantikan tersebut, dan harapan yang sangat besar bahwa apabila Ester menjadi ratu penganti ratu Wasti, maka akan ada perhatian khusus dan kemudahan tertentu berkenan dengan status serta eksistensi orang Yahudi di seluruh wilayah kerajaan Persia. Dapat ditambahkan lagi bahwa hubungan keluarga antara Mordekhai dengan Ester sangat dekat yaitu saudara sepupu/bersaudara bapa (2:7) pada ayat ini dijelaskan kalau Ester adalah anak saudara ayahnya Mordekhai, tetapi karena Ester menjadi yatim piatu maka Mordekhai yang membesarkan Ester setelah kedua orangtuanya sudah tiada lagi bahkan  mengangkatnya menjadi anak.

Mordekhai juga seorang yang taat dan setia kepada raja, hal itu terbukti ketika ia berhasil menggagalkan rencana 2 orang pembantu raja untuk membunuhnya yaitu Baigtan dan Teresh (2:20) lalu melaporkannya kepada raja via Ester untuk dilakukan penyidikkan dan ternyata hal itu benar (2:22-23). Seketika kelihatannya imbalan atas kesetiaan Mordekhai tersebut belum kelihatan, tetapi beberapa waktu kemudian raja Ahasyweros baru menyadarinya (6:1-2) dan memutuskan memberikan penghargaan kepadanya melalui seorang musuh yang sangat membenci yaitu Haman. Benarlah kesaksian pemazmur yang mengatakan “Engkau menyediakan hidangan bagiku di hadapan lawanku, Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak, pialaku penuh melimpah” (Maz.23:5) Tuhan Allah punya cara memberikan kelimpahan kehormatan kepada orang yang hatinya tulus dan setia kepadaNya dalam segala perkara. Itulah yang diungkapkan oleh pemazmur dan hal itu terwujud dalam kehidupan Mordekhai.

 

ESTER : KOMITMEN DAN TINDAKANNYA

 

Tidak dapat dibayangkan dampak yang paling buruk dari keputusan politis tersebut, akan melenyapkan seluruh komunitas Yahudi dari muka bumi waktu itu. Kondisi yang demikian menjadi pergumulan berat Mordekhai sehingga ia berusaha menolong orang Yahudi sukunya sendiri melalui peran Ester yang ada di istana raja Ahasyweros. Ester juga sangat terbeban menggumuli persoalan ini dan ia memutuskan untuk mempertaruhkan segala potensinya termasuk nyawanya sendiri untuk berjuang membela kepentingan bangsanya. Para teolog berpendapat bahwa Ester sangat mengerti bahwa hidupnya berada di tangan Allah dan keadaan akan berubah menurut maksudNya bagi dia dan bangsanya[3]. 

Sebuah komitmen yang sangat mengagumkan, pernah diucapkan oleh seorang perempuan pada zamannya demikian: “Kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati” (Est. 4:16) tidak dapat digolongkan sebagai suatu pernyataan politis atau yang sejenis dengan itu, justru lebih tepat dikategorikan sebagai pernyataan solidaritas yang di dalamnya terkandung suatu komitmen yang menentukan eksistensi sebuah bangsa walau hanya merupakan suatu komunitas kecil di antara ratusan komunitas lain di wilayah pemerintahan Ahasyweros. Namun demikian komunitas ini tidak dapat dipandang sebelah mata atau dianggap rendah oleh siapapun.  Ada faktor tertentu yang membuat komunitas Yahudi yang ada di wilayah kekuasaan raja Persia perlu diperhitungkan bahkan disegani. Hal itu terbukti pada kedekatan Mordekhai dengan istana dan peran Ester sebagai ratu pada saat itu

Pokok renungan penting dalam kisah Ester ini memperlihatkan campur tangan Allah dalam memelihara kelangsungan umat pilihanNya dan membela mereka dari kekejaman musuh-musuh mereka. Sukar ditemukan ada pribadi yang mempertaruhkan kuasa dan posisi yang dimilikinya bagi kepentingan orang lain. Kenikmatan dan ketenteram diri yang dimiliki karena segala sesuatunya telah terpenuhi, cenderung membuat manusia menjadi pribadi yang individualistis dan tidak memperhatikan nasib orang lain, apalagi itu saudara se suku. Paulus berkata “sebab tidak mudah seorang mati untuk orang yang benar, tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati (Rom. 5:7) Pendapat Paulus tentang Yesus Kristus menghasilkan suatu pemahaman Kristologis yang istimewa dengan mengatakan bahwa Yesus telah mati untuk membenarkan orang-orang durhaka, Ia dihukum mati bukanlah karena kesalahanNya tetapi karena kesalahan orang lain.

Ester bukanlah seorang politisi karena tidak berasal dari suatu partai politik tertentu seperti lazim kita kenal, namun ia dekat sekali dengan puncak kekuasan politis pada saat itu ialah raja Ahasyweros, dan ia dapat melakukan sesuatu yang menyangkut kepentingan masyarakatnya yaitu komunitas Yahudi di benteng Susan dan kaum Yahudi yang bermukim di seluruh kerajaan Persia.

Lalu Ester meminta supaya seluruh masyarakat Yahudi melakukan doa dan puasa untuk dia, dan ia sendiri juga turut melakukan hal itu sebelum menghadap raja Ahasyweros. Ibdah puasa bagi bangsa Israel dilakukan pada hari tertentu seperti Hari Pendamaian (Im.16:29, 31 ; 23:27-32, Bil. 29:7) dalam bahasa Ibrani puasa adalah tsum  dan inna nafsyō yang artinya merendahkan diri dengan berpuasa, tidak makan dan minum selama waktu tertentu[4]. Keyakinan mendasar yang ada untuk melakukan ibadah puasa tersebut adalah kemurahan hati dan pertolongan Allah oleh kuasaNya yang akan membebaskan mereka dari rencana jahat Haman untuk memusnahkan mereka, dan keputusan yang telah diambil tersebut hanya mungkin dapat diubah dengan keputusan raja sendiri.  Karena itu Ester hendak menghadap raja untuk memperjuangkan hal ini, sekalipun hal itu disadari berlawanan dengan undang-undang yang sedang berlaku (5:16). Di kemudian hari peristiwa itu diperingati sepanjang sejarah dengan suatu perayaan yang disebut Hari Raya Purim (Est. 9:30-32)[5]

Doa puasa yang dilakukan itu berkenan kepada Tuhan, sehingga raja Ahasyweros berkenan menerima Ester untuk mengutarakan persoalan yang dialaminya dan dialami bangsanya. Tetapi supaya semuanya menjadi genap, maka harus dilakukan terlebih dahulu suatu acara penghormatan kepada Mordekhai atas jasanya menyelamatkan nyawa raja dari usaha pembunuhan. Dan eksekutor yang bertindak melaksanakan acara penghormatan dengan diarak keliling lapangan kota adalah Haman sendiri yang sudah bersiap untuk menghukum orang yang dihormati itu karena kebenciannya (6:6-11). Peristiwa ini telah menjadi pukulan berat bagi Haman atas rencananya yang jahat kepada Mordekhai dan sekaligus akan menjadi petunjuk bahwa rencananya untuk melenyapkan seluruh kaum Israel akan gagal juga. Mordekhai tidak langsung tenggelam dalam popularitas dan sanjungan lewat peristiwa itu, ia sadar semuanya dan akhirnya ia kembali pada pekerjaannya yang biasa (6:12)

Selanjutnya Ester langsung memberitahu kepada raja di hadapan Haman pada perjamuan yang diadakannya itu bahwa Hamanlah musuh yang bermaksud membinasakan orang Yahudi itu. Akhirnya raja sendirilah yang menyuruh mengeksekusi Haman di tiang gantungan yang sudah dipersiapkan sebelumnya oleh Haman sendiri untuk mengakhiri hidup Mordekhai. Beberapa alasan yang sangat masuk akal raja untuk menghukum Haman seberat itu adalah : Pertama, bahwa seluruh keburukkan hati Haman selama ini beserta dengan segala kecenderungan hatinya yang jahat itu telah ketahuan pada raja. Kedua, Raja juga ingin memberikan suatu kompensasi keadilan kepada mereka yang selama ini tertindas (orang Yahudi) di luar pengetahuannya. Ketiga, raja Ahsyweros tidak kuasa melawan gerak arus kuasa Tuhan yang mengendalikan pemerintahannya sehingga mungkin di luar kesadarannya, Allah telah bekerja mendatangkan kebaikan kepada orang Yahudi di wilayah pemerintahannya yang luas itu.

Dengan dieksekusinya Haman dan seluruh anak-anaknya maka berakhirlah kecemasan dan kegalauan umat Yahudi yang berdomisili di benteng Susan dan di seluruh wilayah kekuasan Persia pada saat itu, umat Yahudi di semua tempat juga melanjutkan pembersihan terhadap musuh-musuh mereka sehingga terdapat sebanyak tujuh puluh lima ribu orang musuh-musuh mereka di lenyapkan di seluruh wilayah itu (9:16).  Budaya perang dan budaya bunuh tidak dapat dinilai berdasarkan ketentuan yang dimiliki oleh semua negara yang ada di dunia pada abad ke 21, terlebih menyolok lagi jika hal itu dinilai berdasarkan Declaration of Human Right yang baru ada kemudian.  Hidup pada saat itu adalah berperang sebagai tindakan mempertahankan diri dari ancaman nyawa yaitu suatu pilihan yang harus diambil untuk dapat bertahan tetap hidup.

 

ESTER DAN POLITISI KITA

 

Bagi Ester kematian adalah sesuatu yang ada dalam keputusan Allah, Hanya Allah yang tahu dan berkuasa untuk itu.  Sebagai manusia Ester ingin hidup, namun ketentuan akhir mengenai matinya semuanya berada di tangan Yang Kuasa. Ester memilih mati untuk bangsanya apabila hal itu merupakan jalan akhir, lagi pula ia belum tahu pasti apakah permohonannya dapat dikabulkan atau tidak, tetapi oleh doa dan puasa yang dilakukan telah menggugah takhta Allah dan berkenan menggunakan.

Ester bukanlah seorang politisi dan tidak mewakili suatu konstituen tertentu, bahkan dapat dimengerti juga Mordekhai sendiri memesankan agar Ester tidak memberitahukan terlebih dahulu kebangsaannya dan asal usulnya ketika ia dipromosikan mengikuti kontes pemilihan ratu di Kerajaan Persia tersebut (2:10) dan hal itu dipatuhi oleh Ester.  Siang malam tentu ia hidup dalam kemewahan di istana raja dan punya seribu alasan untuk tidak mengurus dan memikirkan orang Yahudi yang lain di luar dirinya. Tetapi jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam telah tertanam dan bertumbuh rasa cinta akan bangsanya sendiri, walau mereka sendiri tidak memiliki andil apapun juga bagi terpilihnya Ester menjadi ratu. 

Pengalaman lain dapat dibandingkan ketika seorang calon wakil rakyat hendak meminta dukungan rakyat, menemui para pendukungnya yang dikenal dan mengenal dia, untuk dipilih dalam Pemilihan Umum dan akhirnya puji Tuhan berkat dukungan para konstituennya sang calon berhasil duduk di kursi terhormat yaitu kursi angota legislatif.  Tetapi keadaan menjadi terbalik oleh karena “sang dewan” tidak dapat berbuat sesuatu terutama untuk memenuhi janji kampanye yang diutarakannya pada waktu yang lalu, ia tidak mampu berjuang melakukan sesuatu bagi pengubahan nasib dan kehidupan masyarakat yang diwakilinya. Akhirnya masyarakat menjadi kecewa dan periode berikut tidak memilihnya lagi.

Seorang balon kepala daerah pergi berkeliling tempat dan desa-desa untuk mengutarakan kerinduannya memimpin daerah.  Seluruh pernyataan-pernyataan politis yang diutarakan pada saat kampanye adalah demi pengubahan nasib rakyat dan percepatan pembangunan. Puji Tuhan beliau terpilih dengan suara banyak dan duduk di kursi Kepala Daerah. Tetapi setelah memimpin daerahnya, ternyata menyelewengkan dana pembangunan dalam bentuk korupsi, akhirnya berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan menghabiskan sisa-sisa kehidupannya di dalam penjara. Sang KDH tidak mati bagi kepentingan rakyatnya, tetapi harus mati demi ambisinya mendapatkan kekayaan, mudah-mudahan sempat terima Yesus di penjara dan mendapat pengampunan, dan akhirnya mati dalam damai.

Menyimak fenomena ini, maka kerinduan akan bangkitnya tokoh-tokoh politisi baru yang memiliki citra Ester dalam kehidupan, semakin membara dalam kehidupan masyarakat kita. Ester telah menjadi tokoh panutan walaupun dengan peran yang sangat terbatas, namun mempunyai pengaruh besar yang sangat signifikan bagi kehidupan bangsanya saat itu.

 

 

KESIMPULAN

 

Ester bukanlah seorang politisi karena tidak berasal dari suatu partai politik tertentu seperti lazim kita kenal, namun ia dekat sekali dengan puncak kekuasan politis pada saat itu ialah raja Ahasyweros, dan ia dapat melakukan sesuatu yang menyangkut kepentingan masyarakatnya yaitu komunitas Yahudi di benteng Susan dan kaum Yahudi yang bermukim di seluruh kerajaan Persia.

Lalu Ester meminta supaya seluruh masyarakat Yahudi melakukan doa dan puasa untuk dia, dan ia sendiri juga turut melakukan hal itu sebelum menghadap raja Ahasyweros. Ibdah puasa bagi bangsa Israel dilakukan pada hari tertentu seperti Hari Pendamaian (Im.16:29, 31 ; 23:27-32, Bil. 29:7) dalam bahasa Ibrani puasa adalah tsum  dan inna nafsyō yang artinya merendahkan diri dengan berpuasa, tidak makan dan minum selama waktu tertentu[6]. Keyakinan mendasar yang ada untuk melakukan ibadah puasa tersebut adalah kemurahan hati dan pertolongan Allah oleh kuasaNya yang akan membebaskan mereka dari rencana jahat Haman untuk memusnahkan mereka, dan keputusan yang telah diambil tersebut hanya mungkin dapat diubah dengan keputusan raja sendiri.  Karena itu Ester hendak menghadap raja untuk memperjuangkan hal ini, sekalipun hal itu disadari berlawanan dengan undang-undang yang sedang berlaku (5:16). Di kemudian hari peristiwa itu diperingati sepanjang sejarah dengan suatu perayaan yang disebut Hari Raya Purim (Est. 9:30-32)[7]

 

 

 

Kepustakaan

 

Bakker, FL.  Sejarah Kerajaan Allah Jilid 1 PL  Jakarta : BPK. G. Mulia, 2000

Ensikolopei Alkitab Masa Kini (Jakarta : Yayasan Bina Kasih OMF, 2007)

Merril, Eugena H.  Teologi Dari Kitab Ezra-Nehemia dan Ester, Dalam A Biblical Theology of Old Testament,  Roy B. Zuck (ed)  Malang : Gandum Mas, 2005

Wahono, S. Wismoady,  Di Sini Kutemukan, Jakarta : BPK. Gunung Mulia 2000



[1] Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 (Jakarta : Yayasan Bina Kasih/OMF,2002) halaman 291

[2] Ibid. Halaman 291 

[3] Eugena H. Merril  Teologi Dari Kitab Ezra-Nehemia dan Ester, Dalam A Biblical Theology of Old Testament,  Roy B. Zuck (ed)  (Malang : Gandum Mas, 2005) halaman 364

[4] Ensikolopei Alkitab Masa Kini, halaman 280

[5] Bandingkan juga FL Bakker  Sejarah Kerajaan Allah Jilid 1 PL  (Jakarta : BPK. G. Mulia, 2000) Hal. 733

[6] Ensikolopei Alkitab Masa Kini, halaman 280

[7] Bandingkan juga FL Bakker  Sejarah Kerajaan Allah Jilid 1 PL  (Jakarta : BPK. G. Mulia, 2000) Hal. 733

Tidak ada komentar:

Posting Komentar