Senin, 07 Desember 2020

PENTATEUCH Article

 

 

 

 

MENUJU AKTUALISASI TEOLOGI PENTATEUCH

YANG KOMPREHENSIP

 

Oleh : Dr. Etiknius Harefa, MTh, MPd.K

 

 

 

Abstrak

 

Sering ditemukan bahwa umat Kristen memahami bahwa umat  Israel dalam panggung politik Palestina masa kini,  sama dengan Israel dalam Alkitab. Pemahaman ini akan semakin menjauhkan teologi dari Kebenaran yang Tekstual. Dengan pemahaman yang obyektif yaitu mempertimbangkan  Israel yang Historis, Israel yang Politis, dan Israel yang Agamis. Pertimbangan ini memungkinkan para teolog berhasil mengejawantahkan teologi Teks yang obyektif. dan orisinil. Kritik Sumber E-Y-D-P terhadap Pentateukh dapat ditelusuri sepanjang tidak melemahkan presuposisi dasar akan kewibawaan Alkitab secara universal. Kritik sumber tersebut dapat memberi informasi secara fungsional tentang posisi dan dinamika teologi Pentateuch, namun dapat melemahkan ketika kritik sumber diberi muatan filsafat eksistensial, bahkan cenderung menggugat keabsahan Alkitab.  Hanya dengan memahami secara obyektif kerygma kitab Pentateuch dalam bingkai kehidupan Israel dan otoritas Allah yang mutlak, maka teologi kita Pentateuch akan member kontribusi penting  bagi kewajiban dan panggilan Pewartaan, Pengajaran, dan Penggembalaan oleh Gereja kini dan di sini., dan Penggembalaan oleh Gereja kini dan di sini. 

 

            Kata kunci : Pentateukh, Teologi, Aktualisasi yang Komprehensip

 

A.    Pengantar

Teologia sebagai Refleksi konstruktif dan kritis atas Firman Allah mengharuskan terwujudnya pemikiran-pemikiran obyektif untuk menjawab kebutuhan Gereja di bidang :

Ø  Paedagogis dalam formulasi Didaskalia

Ø  Pewartaan dalam formulasi Homilia

Ø  Pastoralia dalam formulasi Metodologis

Dimensi berpikir ilmiah pada dasarnya terdiri dari :

ü  Berpikir Postulat dan Konsepsional

ü  Berpikir Intuitif, batiniah

ü  Berpikir Relasional-Konkrit[1]

Ketiga dimensi ini merupakan cakupan dan karakteristik berpikir teologi yang sangat mungkin membuka jalan bagi aktualisasi Teologi Pentateuch yang orisinil.

 

B.     Formasi Teks

  1. Teologi Naratif    :  Teologi Pentateuch  dapat ditelusuri secara obyektif pada kelima kitab Taurat (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan) menyajikan narasi-narasi yang kontinuitas, kontekstual, historikal.  Selain dari pada itu, kitab-kitab ini menyajikan teologinya masing-masing secara deskriptif dan prespektif. Berdasarkan realita yang demikian, maka pertanyaan-pertanyaan teologi yang obyektif akan muncul sbb :

a.       Apakah pesan teologi yang kontekstual dari narasi-narasi tersebut bagi Israel? Misalnya dengan membandingkan  2 tahapan narasi yang terdapat dalam Kitab Keluaran antara lain:

Ø  Narasi pasal 1 sd pasal 15

Ø  Narasi pasal 16 sd pasal 20

Untuk menemukan kontribusi pertanyaan ini dapat dibaca pada halaman 7-10 pada Diktat Kuliah bagian 2 di bawah sub topik  Perkembangan Teologi Keluaran Secara Literari[2]

b.      Selanjutnya, pesan-pesan teologis tersebut masih harus dideskripsikan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan yang bersifat Pengajaran, Pewartaan, dan Pembimbingan. Jadi, apakah kontribusi pengajaran, pewartaan, dan pembimbingan dari narasi-narasi tersebut bagi Gereja masa kini, dan selanjutnya bagaimana menemukan strategi metodologis oleh para teolog dalam rangka membawa pesan yang terkandung pada TEKS kepada KONTEKS kini dan di sini.

Suatu Contoh : Apabila dicermati bahwa narasi Keluaran pasal 1 sd pasal 15 berfokus pada salah satu pesan sentral yaitu : “BAHWA ORANG-ORANG MESIR AKAN MENGETAHUI BAHWA AKU ADALAH YAHWEH” Pesan ini terungkap secara berantai dalam pasal 7:5, pasal 8:22, pasal 9:14,16, pasal 10:1-2.

c.       Selanjutnya, berdasarkan contoh penemuan akan pesan teks pada poin b di atas, maka seorang teolog akan lebih dahulu bertanya secara kritis apakah pesan tersebut dapat memberi kontribusi pada Pengajaran, Pewartaan, dan Pembimbingan?  Dan  selanjutnya bagaimana menemukan strategi menyeberangkan pesan tersebut dalam konteks pelayanan masa kini.

  1. Teologi Konservatif  : Harap dimaklumi bahwa tidak selamanya hal-hal yang konservasi itu cenderung negatif (penggunaan kata ini dalam praktek sehari-hari cenderung dalam konotasi yang demikian). Tidak selalu dapat menolong apabila kita memahami dinamika teologi Israel selamanya konserfatif,  dalam konotasi yang demikian.  “Yudaisme”  misalnya membuka mata kita untuk melihat secara obyektif realitas agama dan iman Israel. Pemahaman yang baik akan hal ini menuntun kita memahami beberapa sisi yang turut menentukan lahirnya Yudaisme antara lain :

a.       Historical Culture Of Israel (Sejarah peradaban Israel) sejak lahirnya di panggung sejarah bangsa-bangsa.

b.      Kiprah dan dinamika eksistensi Israel sebagai suatu bangsa dalam konteks peradaban yang oleh kaum muslim mengatakan “zaman Jahiliyah”.

c.       Eksistensi Israel dalam merespon, menekuni, menghidupi tuntutan PERJANJIAN ALLAH pada mereka dari waktu ke waktu

 

Ketiga kutub realitas ini memungkinkan kita memahami sebuah teologi yang konserfatif dalam BEJANA KEHIDUPAN ISRAEL sebagai Umat Yahweh. Pikiran ini sangat mewarnai pertimbangan kita sebagai teolog dalam berteologi dengan matrik Teologi Pentateuch (Band. Diktat halaman 5 bagian ke 2)

  1. Teologi Biblis.   Disain berpikir secara biblika ditentukan oleh konsentrasi dan prespektif pada Kerygma dari kitab itu sendiri. Disain Kerygma kitab Pentateuch akan ditemukan lewat penelusuran secara obyektif, substansi berita itu pada lahan kehidupan Israel dalam hubungan mereka dengan Yahweh. Pertanyaan-pertanyaan teologis yang seharusnya muncul adalah :

a.       Apakah kerygma teologis dari narasi kitab Pentateuch dan apa formulasinya sehingga menjadi suatu kontribusi bagi Gereja?

b.      Apabila teologi Pentateuch dilihat dari sudut kebutuhan akan formulasi teologis, maka darimanakah formulasi itu harus dimulai? Karena kerygma kitab kejadian pada awalnya adalah “berita bagi orang Israel di Mesir” (Band. Diktat, halaman 5 bagian 2) sehingga fokus teologia Israel adalah “Keluaran” dan bukan “Penciptaan” maka formulasi berita harus dimulai dari lahirnya Israel.

Teologi Pentateuch dapat dirangkai dan disimpulkan berdasarkan matrik teologi yang terkandung pada kerygma kitab-kitab itu sebagai berikut :

Ø  Kejadian menyajikan teologi  Perwujudan kuasa Allah yang membentuk – mengubah – membaharui – memelihara – dan menyempurnakan (Hal.8 bag.1)

Ø  Keluaran menyajikan teologia Pribadi Yahweh dan kehadiranNya memberi keselamatan dalam kuasa, kekudusan dan kesetiaan.

Ø  Imamat menyajikan teologi Pendamaian dan Penebusan, Teologi Ibadah yang kontekstual dan vertikal dan horizontal

Ø  Bilangan menyajikan teologi Perjanjian yang responsif dalam nuansa tanggung jawab vertical dan horizontal. Kunci teologi ini terletak dalam kekudusan Allah

Ø  Ulangan menyajikan teologi rekonstruksi fakta perjanjian dan keselamatan secara historis yang dicirikan oleh penyetaan diri Allah dalam tindakanNya dalam peristiwa teofani.

(Band. Diktat bagian 2 halaman 1-29)

Unsur Penciptaan, Pemilihan, Providensia dan Pembebasan dalam teologi Pentateuch terpatri secara historis dalam Perjanjian yang menyejarah hingga pada penggenapannya.

 

C.    Pemikiran Aktualisasi

 

Pertama.  Pertimbangkanlah : Israel yang Historis, Israel yang Politis, dan Israel yang Agamis. Pertimbangan ini memungkinkan para teolog berhasil mengejawantahkan teologi Teks yang obyektif.  Sering sekali kita menemukan bahwa umat Kristen masa kini memahami Israel dalam panggung politik palestina masa kini,  sama dengan Israel dalam Alkitab. Pemahaman ini akan semakin menjauhkan teologi dari Kebenaran yang Tekstual. Dengan pemahaman yang obyektif, memungkinkan para teolog berhasil mengejawantahkan teologi Teks yang orisinil.

 

Kedua. Kedua unsur di atas melemahkan asumsi-asumsi hermeneutis untuk menemukan makna Kerygma bagi kontribusi Pewartaan, Pengajaran, dan Pembimbingan. Kritik Sumber E-Y-D-P dapat ditelusuri sepanjang tidak melemahkan presuposisi dasar akan kewibawaan Alkitab secara universal. Kritik sumber tersebut dapat memberi informasi secara fungsional tentang posisi dan dinamika teologi Pentateuch, namun dapat melemahkan ketika kritik sumber diberi muatan filsafat eksistensial, bahkan cenderung menggugat keabsahan Alkitab.  Hanya dengan memahami secara obyektif kerygma kitab Pentateuch dalam bingkai kehidupan Israel dan otoritas Allah yang mutlak, maka teologi kita Pentateuch akan member kontribusi penting  bagi kewajiban dan panggilan Pewartaan, Pengajaran, dan Penggembalaan oleh Gereja kini dan di sini., dan Penggembalaan oleh Gereja kini dan di sini.  

 

God Bless

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



[1] Etiknius Harefa, Materi Kuliah Teologia Perjanjian Lama bagian 1 (Medan : STT Paulus, 2009) halaman 5-6

[2] Ibid. halaman 7-10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar