KALAU TERPAKSA AKU MATI
BIARLAH AKU MATI
Refleksi Teologis atas Kitab Ester pasal 4:16
ABSTRAK
Hari
Raya Purim merupakan salah satu dari hari Raya keagamaan Israel yang memiliki
latar belakang sejarah penting pada bangsa itu. Perayaannya dilakukan tia-tiap
tahun yaitu hari keempat belas dan kelimabelas bulan Adar atau pada bulan
Pebruari-Maret, seperti disaksikan dalam Ester pasal 9:20-32 bahwa tekanan
historis-teologis dari perayaan ini terletak pada hidup mensyukuri terbebasnya
Israel dari musuh-musuhnya, dukacita berubah menjadi sukacita, hari perkabungan
menjadi hari gembira, menjadi hari-hari perjamuan dan sukacita, saling
mengantar makanan, hari bersedekah kepada orang-orang miskin (Est. 9:22)
Pengenalan kita akan Israel purba dan konteks historis teologisnya turut
diperkaya dengan informasi akan ibadah Purim yang menyejarah itu. Komitmen
Ester untuk berjuang dengan sepenuh hati untuk keselamatan bangsanya merupakan
sesuatu yang memberikan perbandingan terhadap komitmen teologis pada bangsa kita
juga.
Kata kunci = Purim - historis, Ibadah - komitmen
SENTIMEN ANTARA PEGAWAI TINGGI DENGAN
PEGAWAI RENDAH
Kitab
Ester memberikan kesaksian tentang kehidupan bangsa Yahudi pada masa
pemerinatahan Ahasyweros raja Persia yang memerintah pada tahun 485 – 465
Sebelum Masehi. Kekuasaan Ahasyweros sangat luas meliputi seratus dua puluh
tujuh daerah mulai dari India sampai ke Etiopia (Est.1:1) Ester adalah seorang
perempuan cantik terbukti juga dari namanya dalam bahasa Persia yaitu stara yang artinya bintang[1]. Dalam bahasa Ibrani nama itu disebut Hadasa (Est.2:7) yang artinya pohon
murad[2].
Haman
anak Hamedata seorang petinggi kerajaan Persia (3:2-3) yang berhasil mengambil
hati raja Ahsyweros sehingga diangkat menjadi Perdana Menteri, dan ternyata
menyimpan dendam terhadap Mordekhai karena Mordekhai sebagai seorang Yahudi
tidak bersedia berlutut dan sujud menghormati Haman karena ia seorang Yahudi.
Pada mulanya masalah ini hanya merupakan sentimen pribadi antara seorang
pegawai tinggi dengan pegawai rendahan, tetapi justru semakin meluas menjadi
sentimen terhadap etnis Yahudi. Demi untuk membalas dendamnya kepada Mordekhai,
maka Haman sangat berambisi untuk melenyapkan semua orang Yahudi yang bermukim
di seluruh wilayah pemerintahan Ahasyweros (3:5) karena menurutnya terlalu hina
atau terlalu kecil baginya hanya membunuh seorang Mordekhai karena itu ia
mempengaruhi mekanisme pengambilan keputusan pada tingkat yang tertinggi yaitu
raja dan berhasil hingga keluar surat penetapan raja yang berisikan pemusnahan
komunitas Yahudi tersebut (3:8-15).
Secara
manusiawi setiap orang punya keinginan agar dekat dengan pusat kekuasaan
seperti halnya Mordekhai yang berada dekat, dan semakin dekat dengan raja
Ahasyweros. Pada lazimnya masalah
menjadi timbul ketika seseorang menggunakan cara-cara yang tidak terpuji untuk
mendapatkan status dan hubungan kedekatan dengan pemimpin seperti yang biasa
dikenal masyarakat kita dengan istilah “mengambil muka”, “angkat telur” dll.
Apakah demikian halnya dengan Mordekhai? Hal ini perlu jelas mengingat Mordekhai adalah orang yang paling penting
memberi andil berharga dalam proses suksesnya Ester menjadi ratu.
Profesi
Mordekhai sebagai pegawai rendah di lingkungan istana raja Ahasyweros adalah
salah seorang penjaga pintu gerbang (2:21) pada keadaan sekarang, jabatan itu
dapat disamakan dengan petugas Satpam.
Dia adalah seorang Yahudi yang ikut menjadi tawanan perang yang dibuang
ke Babel oleh raja Nebukadnezar (2:6) Mordekhai dekat dengan pusat informasi
kerajaan Persia, ia tahu kegalauan raja Ahasyweros yang telah menceraikan ratu
Wasti karena tidak menghormatinya (1:12-22) Mordekhai juga tahu bahwa pihak istana akan
menyelenggarakan kontes ratu kecantikan yang bertujuan mencari pengganti ratu
Wasti (2:2-4) dan sebagai orangtua angkat Ester yang mengasuhnya sejak kecil,
Mordekhai rindu mengikut sertakan Ester pada kontes kecantikan tersebut, dan harapan
yang sangat besar bahwa apabila Ester menjadi ratu penganti ratu Wasti, maka
akan ada perhatian khusus dan kemudahan tertentu berkenan dengan status serta
eksistensi orang Yahudi di seluruh wilayah kerajaan Persia. Dapat ditambahkan
lagi bahwa hubungan keluarga antara Mordekhai dengan Ester sangat dekat yaitu
saudara sepupu/bersaudara bapa (2:7) pada ayat ini dijelaskan kalau Ester
adalah anak saudara ayahnya Mordekhai, tetapi karena Ester menjadi yatim piatu
maka Mordekhai yang membesarkan Ester setelah kedua orangtuanya sudah tiada
lagi bahkan mengangkatnya menjadi anak.
Mordekhai
juga seorang yang taat dan setia kepada raja, hal itu terbukti ketika ia
berhasil menggagalkan rencana 2 orang pembantu raja untuk membunuhnya yaitu
Baigtan dan Teresh (2:20) lalu melaporkannya kepada raja via Ester untuk
dilakukan penyidikkan dan ternyata hal itu benar (2:22-23). Seketika
kelihatannya imbalan atas kesetiaan Mordekhai tersebut belum kelihatan, tetapi
beberapa waktu kemudian raja Ahasyweros baru menyadarinya (6:1-2) dan
memutuskan memberikan penghargaan kepadanya melalui seorang musuh yang sangat
membenci yaitu Haman. Benarlah kesaksian pemazmur yang mengatakan “Engkau
menyediakan hidangan bagiku di hadapan lawanku, Engkau mengurapi kepalaku
dengan minyak, pialaku penuh melimpah” (Maz.23:5) Tuhan Allah punya cara
memberikan kelimpahan kehormatan kepada orang yang hatinya tulus dan setia
kepadaNya dalam segala perkara. Itulah yang diungkapkan oleh pemazmur dan hal
itu terwujud dalam kehidupan Mordekhai.
ESTER : KOMITMEN DAN TINDAKANNYA
Tidak
dapat dibayangkan dampak yang paling buruk dari keputusan politis tersebut,
akan melenyapkan seluruh komunitas Yahudi dari muka bumi waktu itu. Kondisi
yang demikian menjadi pergumulan berat Mordekhai sehingga ia berusaha menolong
orang Yahudi sukunya sendiri melalui peran Ester yang ada di istana raja
Ahasyweros. Ester juga sangat terbeban menggumuli persoalan ini dan ia
memutuskan untuk mempertaruhkan segala potensinya termasuk nyawanya sendiri
untuk berjuang membela kepentingan bangsanya. Para teolog berpendapat bahwa
Ester sangat mengerti bahwa hidupnya berada di tangan Allah dan keadaan akan
berubah menurut maksudNya bagi dia dan bangsanya[3].
Sebuah
komitmen yang sangat mengagumkan, pernah diucapkan oleh seorang perempuan pada
zamannya demikian: “Kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati” (Est. 4:16)
tidak dapat digolongkan sebagai suatu pernyataan politis atau yang sejenis
dengan itu, justru lebih tepat dikategorikan sebagai pernyataan solidaritas
yang di dalamnya terkandung suatu komitmen yang menentukan eksistensi sebuah
bangsa walau hanya merupakan suatu komunitas kecil di antara ratusan komunitas
lain di wilayah pemerintahan Ahasyweros. Namun demikian komunitas ini tidak
dapat dipandang sebelah mata atau dianggap rendah oleh siapapun. Ada faktor tertentu yang membuat komunitas
Yahudi yang ada di wilayah kekuasaan raja Persia perlu diperhitungkan bahkan
disegani. Hal itu terbukti pada kedekatan Mordekhai dengan istana dan peran Ester
sebagai ratu pada saat itu
Pokok renungan
penting dalam kisah Ester ini memperlihatkan campur tangan Allah dalam
memelihara kelangsungan umat pilihanNya dan membela mereka dari kekejaman
musuh-musuh mereka. Sukar ditemukan ada pribadi yang mempertaruhkan kuasa dan
posisi yang dimilikinya bagi kepentingan orang lain. Kenikmatan dan ketenteram
diri yang dimiliki karena segala sesuatunya telah terpenuhi, cenderung membuat
manusia menjadi pribadi yang individualistis dan tidak memperhatikan nasib
orang lain, apalagi itu saudara se suku. Paulus berkata “sebab tidak mudah
seorang mati untuk orang yang benar, tetapi mungkin untuk orang yang baik ada
orang yang berani mati (Rom. 5:7) Pendapat Paulus tentang Yesus Kristus
menghasilkan suatu pemahaman Kristologis yang istimewa dengan mengatakan bahwa Yesus
telah mati untuk membenarkan orang-orang durhaka, Ia dihukum mati bukanlah
karena kesalahanNya tetapi karena kesalahan orang lain.
Ester
bukanlah seorang politisi karena tidak berasal dari suatu partai politik
tertentu seperti lazim kita kenal, namun ia dekat sekali dengan puncak kekuasan
politis pada saat itu ialah raja Ahasyweros, dan ia dapat melakukan sesuatu
yang menyangkut kepentingan masyarakatnya yaitu komunitas Yahudi di benteng
Susan dan kaum Yahudi yang bermukim di seluruh kerajaan Persia.
Lalu
Ester meminta supaya seluruh masyarakat Yahudi melakukan doa dan puasa untuk
dia, dan ia sendiri juga turut melakukan hal itu sebelum menghadap raja
Ahasyweros. Ibdah puasa bagi bangsa Israel dilakukan pada hari tertentu seperti
Hari Pendamaian (Im.16:29, 31 ; 23:27-32, Bil. 29:7) dalam bahasa Ibrani puasa
adalah tsum dan inna
nafsyō yang artinya merendahkan diri dengan berpuasa, tidak makan dan minum
selama waktu tertentu[4].
Keyakinan mendasar yang ada untuk melakukan ibadah puasa tersebut adalah kemurahan
hati dan pertolongan Allah oleh kuasaNya yang akan membebaskan mereka dari
rencana jahat Haman untuk memusnahkan mereka, dan keputusan yang telah diambil
tersebut hanya mungkin dapat diubah dengan keputusan raja sendiri. Karena itu Ester hendak menghadap raja untuk
memperjuangkan hal ini, sekalipun hal itu disadari berlawanan dengan
undang-undang yang sedang berlaku (5:16). Di kemudian hari peristiwa itu
diperingati sepanjang sejarah dengan suatu perayaan yang disebut Hari Raya
Purim (Est. 9:30-32)[5]
Doa
puasa yang dilakukan itu berkenan kepada Tuhan, sehingga raja Ahasyweros
berkenan menerima Ester untuk mengutarakan persoalan yang dialaminya dan
dialami bangsanya. Tetapi supaya semuanya menjadi genap, maka harus dilakukan
terlebih dahulu suatu acara penghormatan kepada Mordekhai atas jasanya
menyelamatkan nyawa raja dari usaha pembunuhan. Dan eksekutor yang bertindak
melaksanakan acara penghormatan dengan diarak keliling lapangan kota adalah
Haman sendiri yang sudah bersiap untuk menghukum orang yang dihormati itu
karena kebenciannya (6:6-11). Peristiwa ini telah menjadi pukulan berat bagi
Haman atas rencananya yang jahat kepada Mordekhai dan sekaligus akan menjadi
petunjuk bahwa rencananya untuk melenyapkan seluruh kaum Israel akan gagal
juga. Mordekhai tidak langsung tenggelam dalam popularitas dan sanjungan lewat
peristiwa itu, ia sadar semuanya dan akhirnya ia kembali pada pekerjaannya yang
biasa (6:12)
Selanjutnya
Ester langsung memberitahu kepada raja di hadapan Haman pada perjamuan yang
diadakannya itu bahwa Hamanlah musuh yang bermaksud membinasakan orang Yahudi
itu. Akhirnya raja sendirilah yang menyuruh mengeksekusi Haman di tiang
gantungan yang sudah dipersiapkan sebelumnya oleh Haman sendiri untuk
mengakhiri hidup Mordekhai. Beberapa alasan yang sangat masuk akal raja untuk
menghukum Haman seberat itu adalah : Pertama, bahwa seluruh keburukkan hati
Haman selama ini beserta dengan segala kecenderungan hatinya yang jahat itu
telah ketahuan pada raja. Kedua, Raja juga ingin memberikan suatu kompensasi
keadilan kepada mereka yang selama ini tertindas (orang Yahudi) di luar
pengetahuannya. Ketiga, raja Ahsyweros tidak kuasa melawan gerak arus kuasa
Tuhan yang mengendalikan pemerintahannya sehingga mungkin di luar kesadarannya,
Allah telah bekerja mendatangkan kebaikan kepada orang Yahudi di wilayah
pemerintahannya yang luas itu.
Dengan
dieksekusinya Haman dan seluruh anak-anaknya maka berakhirlah kecemasan dan
kegalauan umat Yahudi yang berdomisili di benteng Susan dan di seluruh wilayah
kekuasan Persia pada saat itu, umat Yahudi di semua tempat juga melanjutkan
pembersihan terhadap musuh-musuh mereka sehingga terdapat sebanyak tujuh puluh
lima ribu orang musuh-musuh mereka di lenyapkan di seluruh wilayah itu (9:16). Budaya perang dan budaya bunuh tidak dapat
dinilai berdasarkan ketentuan yang dimiliki oleh semua negara yang ada di dunia
pada abad ke 21, terlebih menyolok lagi jika hal itu dinilai berdasarkan Declaration of Human Right yang baru ada
kemudian. Hidup pada saat itu adalah
berperang sebagai tindakan mempertahankan diri dari ancaman nyawa yaitu suatu
pilihan yang harus diambil untuk dapat bertahan tetap hidup.
ESTER DAN POLITISI KITA
Bagi
Ester kematian adalah sesuatu yang ada dalam keputusan Allah, Hanya Allah yang
tahu dan berkuasa untuk itu. Sebagai
manusia Ester ingin hidup, namun ketentuan akhir mengenai matinya semuanya
berada di tangan Yang Kuasa. Ester memilih mati untuk bangsanya apabila hal itu
merupakan jalan akhir, lagi pula ia belum tahu pasti apakah permohonannya dapat
dikabulkan atau tidak, tetapi oleh doa dan puasa yang dilakukan telah menggugah
takhta Allah dan berkenan menggunakan.
Ester
bukanlah seorang politisi dan tidak mewakili suatu konstituen tertentu, bahkan
dapat dimengerti juga Mordekhai sendiri memesankan agar Ester tidak
memberitahukan terlebih dahulu kebangsaannya dan asal usulnya ketika ia
dipromosikan mengikuti kontes pemilihan ratu di Kerajaan Persia tersebut (2:10)
dan hal itu dipatuhi oleh Ester. Siang
malam tentu ia hidup dalam kemewahan di istana raja dan punya seribu alasan
untuk tidak mengurus dan memikirkan orang Yahudi yang lain di luar dirinya.
Tetapi jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam telah tertanam dan bertumbuh
rasa cinta akan bangsanya sendiri, walau mereka sendiri tidak memiliki andil
apapun juga bagi terpilihnya Ester menjadi ratu.
Pengalaman
lain dapat dibandingkan ketika seorang calon wakil rakyat hendak meminta
dukungan rakyat, menemui para pendukungnya yang dikenal dan mengenal dia, untuk
dipilih dalam Pemilihan Umum dan akhirnya puji Tuhan berkat dukungan para
konstituennya sang calon berhasil duduk di kursi terhormat yaitu kursi angota
legislatif. Tetapi keadaan menjadi
terbalik oleh karena “sang dewan” tidak dapat berbuat sesuatu terutama untuk
memenuhi janji kampanye yang diutarakannya pada waktu yang lalu, ia tidak mampu
berjuang melakukan sesuatu bagi pengubahan nasib dan kehidupan masyarakat yang
diwakilinya. Akhirnya masyarakat menjadi kecewa dan periode berikut tidak
memilihnya lagi.
Seorang
balon kepala daerah pergi berkeliling tempat dan desa-desa untuk mengutarakan
kerinduannya memimpin daerah. Seluruh
pernyataan-pernyataan politis yang diutarakan pada saat kampanye adalah demi
pengubahan nasib rakyat dan percepatan pembangunan. Puji Tuhan beliau terpilih
dengan suara banyak dan duduk di kursi Kepala Daerah. Tetapi setelah memimpin
daerahnya, ternyata menyelewengkan dana pembangunan dalam bentuk korupsi,
akhirnya berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan menghabiskan
sisa-sisa kehidupannya di dalam penjara. Sang KDH tidak mati bagi kepentingan
rakyatnya, tetapi harus mati demi ambisinya mendapatkan kekayaan, mudah-mudahan
sempat terima Yesus di penjara dan mendapat pengampunan, dan akhirnya mati
dalam damai.
Menyimak
fenomena ini, maka kerinduan akan bangkitnya tokoh-tokoh politisi baru yang
memiliki citra Ester dalam kehidupan, semakin membara dalam kehidupan
masyarakat kita. Ester telah menjadi tokoh panutan walaupun dengan peran yang
sangat terbatas, namun mempunyai pengaruh besar yang sangat signifikan bagi
kehidupan bangsanya saat itu.
KESIMPULAN
Ester
bukanlah seorang politisi karena tidak berasal dari suatu partai politik
tertentu seperti lazim kita kenal, namun ia dekat sekali dengan puncak kekuasan
politis pada saat itu ialah raja Ahasyweros, dan ia dapat melakukan sesuatu
yang menyangkut kepentingan masyarakatnya yaitu komunitas Yahudi di benteng
Susan dan kaum Yahudi yang bermukim di seluruh kerajaan Persia.
Lalu
Ester meminta supaya seluruh masyarakat Yahudi melakukan doa dan puasa untuk
dia, dan ia sendiri juga turut melakukan hal itu sebelum menghadap raja
Ahasyweros. Ibdah puasa bagi bangsa Israel dilakukan pada hari tertentu seperti
Hari Pendamaian (Im.16:29, 31 ; 23:27-32, Bil. 29:7) dalam bahasa Ibrani puasa
adalah tsum dan inna
nafsyō yang artinya merendahkan diri dengan berpuasa, tidak makan dan minum
selama waktu tertentu[6].
Keyakinan mendasar yang ada untuk melakukan ibadah puasa tersebut adalah
kemurahan hati dan pertolongan Allah oleh kuasaNya yang akan membebaskan mereka
dari rencana jahat Haman untuk memusnahkan mereka, dan keputusan yang telah
diambil tersebut hanya mungkin dapat diubah dengan keputusan raja sendiri. Karena itu Ester hendak menghadap raja untuk
memperjuangkan hal ini, sekalipun hal itu disadari berlawanan dengan
undang-undang yang sedang berlaku (5:16). Di kemudian hari peristiwa itu
diperingati sepanjang sejarah dengan suatu perayaan yang disebut Hari Raya
Purim (Est. 9:30-32)[7]
Kepustakaan
Bakker, FL. Sejarah
Kerajaan Allah Jilid 1 PL Jakarta :
BPK. G. Mulia, 2000
Ensikolopei Alkitab Masa Kini (Jakarta :
Yayasan Bina Kasih OMF, 2007)
Merril, Eugena H. Teologi Dari Kitab Ezra-Nehemia
dan Ester, Dalam A Biblical Theology of Old Testament, Roy B. Zuck (ed) Malang : Gandum Mas, 2005
Wahono, S. Wismoady, Di Sini
Kutemukan, Jakarta : BPK. Gunung Mulia 2000
[1] Ensiklopedi Alkitab Masa
Kini Jilid 1 (Jakarta : Yayasan Bina Kasih/OMF,2002) halaman 291
[2] Ibid. Halaman 291
[3] Eugena H. Merril Teologi Dari Kitab Ezra-Nehemia dan Ester,
Dalam A Biblical Theology of Old Testament, Roy B. Zuck (ed) (Malang : Gandum Mas, 2005) halaman 364
[4] Ensikolopei Alkitab Masa Kini, halaman 280
[5] Bandingkan juga FL Bakker Sejarah Kerajaan Allah Jilid 1 PL (Jakarta : BPK. G. Mulia, 2000) Hal. 733
[6] Ensikolopei Alkitab Masa Kini, halaman 280
[7] Bandingkan juga FL Bakker Sejarah Kerajaan Allah Jilid 1 PL (Jakarta : BPK. G. Mulia, 2000) Hal. 733
Tidak ada komentar:
Posting Komentar